Ini beberapa kisah saya ambil dari milis Air Putih. Semoga jadi pelajaran dan diambil hikmahnya.
Hati Seekor Tikus
Menurut suatu dongeng India kuno, ada seekor tikus yang selalu tertekan karena takut kepada seekor kucing. Seorang tukang sihir merasa kasihan kepadanya lalu mengubahnya menjadi seekor kucing. Tetapi kemudian ia menjadi takut kepada anjing. Maka tukang sihir itu mengubahnya menjadi anjing. Tetapi ia mulai takut kepada harimau. Maka tukang sihir itu mengubahnya menjadi harimau, yang merasa takut kepada pemburu.
Pada saat itu tukang sihir menyerah, “Apapun yang saya lakukan tidak akan membantumu karena engkau mempunyai hati seekor tikus.“
—————————————————————————————————
Dua Laut di Palestina
Di Palestina ada dua laut. Keduanya sangat berbeda. Yang satu dinamakan Laut Galilea, yaitu sebuah danau yang luas dengan air yang jernih dan bisa diminum. Ikan dan manusia berenang dalam danau tersebut. Danau itu juga dikelilingi oleh ladang dan kebun hijau. Banyak orang mendirikan rumah mereka di sekitarnya. Nabi Isa pun berlayar di danau tersebut beberapa kali.
Laut yang lain dinamakan Laut Mati, dan sungguh-sungguh sesuai dengan namanya. Segala sesuatu yang ada di dalamnya mati. Airnya sangat asin sehingga Anda pun bisa sakit bila meminumnya. Danau itu tidak ada ikannya. Tak ada sesuatupun yang tumbuh di tepiannya. Tak seorangpun ingin tinggal di sekitar danau ini karena baunya yang tidak sedap. Jadi yang menarik tentang kedua laut itu adalah bahwa ada satu sungai yang mengalir ke keduanya. Jadi apa yang membuat keduanya berbeda? Bedanya adalah, danau yang satu menerima dan memberi; sedangkan danau yang satunya hanya menerima dan menyimpan.
Sungai Yordan mengalir ke permukaan Laut Galilea dan mengalir keluar dari dasar danau itu. Danau tersebut memanfaatkan air Sungai Yordan dan meneruskannya kepada danau lainnya untuk juga memanfaatkannya. Sungai Yordan kemudian mengalir ke dalam Laut Mati namun tidak pernah keluar lagi. Laut Mati secara egois menyimpan air Sungai Yordan bagi dirinya sendiri. Hal itulah yang membuatnya mati.
Karena Laut Mati hanya menerima dan tidak memberi
—————————————————————————————————
Tempayan Retak
Seorang tukang air di India memiliki dua tempayan besar, masing-masing bergantung pada kedua ujung sebuah pikulan, yang dibawanya menyilang pada bahunya. Satu dari tempayan itu retak, sedangkan tempayan yang satunya lagi tidak. Jika tempayan yang tidak retak itu selalu dapat membawa air penuh setelah perjalanan panjang dari mata air ke rumah majikannya, tempayan retak itu hanya dapat membawa air setengah penuh.
Selama dua tahun, hal ini terjadi setiap hari. Si tukang air hanya dapat membawa satu setengah tempayan air ke rumah majikannya. Tentu saja si tempayan yang tidak retak merasa bangga akan prestasinya, karena dapat menunaikan tugasnya dengan sempurna. Namun si tempayan retak yang malang itu merasa malu sekali akan ketidaksempurnaannya dan merasa sedih sebab ia hanya dapat memberikan setengah dari porsi yang seharusnya dapat diberikannya.
Setelah dua tahun tertekan oleh kegagalan pahit ini, tempayan retak itu berkata kepada si tukang air, “Saya sungguh malu pada diri saya sendiri, dan saya ingin mohon maaf kepadamu.” “Kenapa?” tanya si tukang air. “Kenapa kamu merasa malu?”
“Saya hanya mampu, selama dua tahun ini, membawa setengah porsi air dari yang seharusnya dapat saya bawa karena adanya retakan pada sisi saya telah membuat air yang saya bawa bocor sepanjang jalan menuju rumah majikan kita. Karena cacatku itu, saya telah membuatmu rugi,” kata tempayan itu.
Si tukang air merasa kasihan pada si tempayan retak, dan dalam belas kasihannya, ia berkata, “Jika kita kembali ke rumah majikan besok, aku ingin kamu memperhatikan bunga-bunga indah di sepanjang jalan.”
Benar, ketika mereka naik ke bukit, si tempayan retak memperhatikan dan baru menyadari bahwa ada bunga-bunga indah di sepanjang sisi jalan. Itu membuatnya sedikit terhibur. Namun pada akhir perjalanan, ia kembali sedih karena separuh air yang dibawanya telah bocor, dan kembali tempayan retak itu meminta maaf pada si tukang air atas kegagalannya. Si tukang air berkata kepada tempayan itu, “Apakah kamu memperhatikan adanya bunga-bunga di sepanjang jalan di sisimu tapi tidak ada bunga di sepanjang jalan di sisi tempayan yang lain yang tidak retak itu? Itu karena aku selalu menyadari akan cacatmu dan aku memanfaatkannya. Aku telah menanam benih-benih bunga di sepanjang jalan di sisimu, dan setiap hari jika kita berjalan pulang dari mata air, kamu mengairi benih-benih itu. Selama dua tahun ini aku telah dapat memetik bunga-bunga indah itu untuk menghias meja majikan kita. Tanpa kamu sebagaimana kamu ada, majikan kita tak
akan dapat menghias rumahnya seindah sekarang.”
—————————————————————————————————
Thorwaldsen
“Saya adalah anak istana, ayah saya adalah pengawal raja, seorang pejabat tinggi.” kata seorang gadis cantik dalam suatu pesta anak-anak di Denmark. “Dan siapa saja yang namanya berakhiran -SEN,” dia menyambung, “tidak akan bisa menjadi apa-apa. Kita harus bertolak pinggang dan menjauhi orang-orang -SEN itu.”
“Ayah saya bisa membeli gula-gula seharga seribu dolar untuk dihadiahkan dengan cuma-cuma kepada sekalian anak-anak.” kata anak perempuan pedagang kaya Petersen. “Bisakah papamu?”
“Ah,” menyelutuk anak seorang penerbit, “Papa saya bisa memasukkan papamu dan papa siapa saja ke dalam surat kabarnya. Semua kalangan takut padanya, karena dia bisa berbuat apa saja dengan surat kabarnya.”
“Oh…. Alangkah inginnya saya ikut berpesta dengan mereka.” pikir seorang anak kecil yang mengintip dari lubang pintu. “Sayang sekali ayah saya tidak bisa menyisihkan uang dan namanya pun berakhiran -SEN.”
Bertahun-tahun kemudian, ketika anak-anak yang mengunjungi pesta itu menjadi dewasa, beberapa di antaranya mengunjungi sebuah gedung bagus yang berisi karya-karya seni yang tinggi nilainya. Di sana mereka bertemu dengan pemiliknya, Thorwaldsen, si ahli pahat kenamaan yang dulu mengintip dari lubang pintu pada pesta tersebut.
Sukses tidak tergantung pada keadaan dan kesulitan Anda waktu kecil.
Cerita ini dikisahkan oleh anak seorang tukang sepatu miskin yang bernama Hans Christian Andersen.
————————————————————-
Arthur Barry
Pencuri ini bernama Arthur Barry. Dia adalah seorang pencuri yang luar biasa dan spesialisasinya adalah mencuri perhiasan. Barry mendapat reputasi internasional sebagai salah satu pencuri paling terkemuka sepanjang masa. Dia bukan hanya seorang pencuri perhiasan yang sukses, dia juga seorang penilai barang seni. Bahkan dia menjadi orang yang tinggi hati dan tidak bersedia mencuri dari sembarang orang. Para “prospek”-nya bukan hanya harus mempunyai uang dan perhiasan untuk bisa memancingnya berkunjung, tetapi nama mereka juga harus terdaftar di eselon atas masyarakat. Kurang lebih menjadi lambang status bila mereka dikunjungi dan dirampok oleh “pencuri ksatria” ini. Perasaan ini menyebabkan kepolisian sangat malu.
Suatu malam, Barry tertangkap ketika sedang merampok dan ditembak tiga kali. Dengan peluru bersarang di tubuhnya, pecahan kaca di matanya, dan menderita rasa sakit yang luar biasa, dia membuat pernyataan yang tidak terlalu di luar dugaan, “Saya tidak akan melakukannya lagi.” Tidak lama setelah dipenjara, dia berhasil meloloskan diri, dan selama tiga tahun berikutnya hidup bebas di luar penjara. Kemudian seorang wanita yang cemburu melaporkannya dan Barry menjalani hukuman penjara selama delapan belas tahun. Setelah dibebaskan, Barry memenuhi janjinya. Dia tidak pernah menjadi pencuri perhiasan lagi. Bahkan dia menetap di sebuah kota kecil di New England dan menjalani kehidupan sebagai warga teladan. Warga kota setempat menghormatinya dan
menjadikannya ketua organisasi veteran lokal.
Walau demikian, akhirnya bocor berita bahwa Arthur Barry, pencuri permata yang terkenal itu, berada di tengah-tengah mereka. Wartawan dari seluruh negeri berdatangan ke kota kecil itu untuk mewawancarainya. Mereka mengajukan sejumlah pertanyaan dan akhirnya seorang wartawan muda mendapatkan inti persoalan ketika dia mengajukan pertanyaan yang paling dalam, “Pak Barry,” dia bertanya, “Anda mencuri dari banyak orang kaya selama tahun-tahun kehidupan Anda sebagai pencuri, tetapi saya ingin tahu apakah Anda masih ingat siapa yang paling banyak Anda curi?” Tanpa keraguan sedikitpun, Barry menjawab, “Itu mudah. Dengan bakat dan kepandaian yang saya miliki, seharusnya saya menjadi usahawan yang sukses, seorang baron di Wall Street, dan warga masyarakat yang berjasa memberikan banyak sumbangan, tetapi sebaliknya saya memilih kehidupan sebagai pencuri dan melewatkan dua pertiga masa dewasa saya di balik terali besi penjara. Ya, orang yang paling banyak saya curi adalah diri saya sendiri!”
Apakah kita adalah “Arthur Barry” yang lain, yang “salah” memanfaatkan bakat dan kemampuan kita dan menghabiskan sebagian besar masa produktif kita dalam “terali besi” yang kita ciptakan sendiri?
Desember 20, 2008 pukul 1:59 pm
Saya sangat terkesan dengan cerita-cerita Bang Alris.
Sangat inspiratif dan semua cerita ini baru pertama kali saya dengar dan saya baca.
Terutama cerita tentang seekor tikus. Mungkin inti cerita ini nanti dapat saya gunakan untuk memotivasi anak didik saya di daerah terpencil yang kondisi ekonomi sangat terbatas dan terbelakang. Nilai filosofis yang bisa saya masukan adalah biarpun mereka terbelakang tapi hati mereka harus maju. Jangan sampai terus-terusan memiliki hati “terbelakang”.
Desember 21, 2008 pukul 2:20 am
saya juga senang baca cerita motivasi ini seperti dari adrie wongso atau andrew ho.
Desember 21, 2008 pukul 6:01 am
*kunjungan balik
beeeeeeeuh satu postingan 5 judul euy
meskipun tikus di sihir jadi pemburu juga percuma, karena pemburu takut sama sayah hahahaha
oia salam kenal yak *salaman
ikut tukeran link po’o
Desember 21, 2008 pukul 12:05 pm
Sungguh beruntung sekali aku datang tepat pada saat disuguhi cerita-cerita yang inspiratif seperti ini. Betul-betul menggugah dan menimbulkan refleksi. Terima kasih telah membaginya…
@ Daniel Mahendra
Saya merasa tersanjung sudah dikunjungi seorang Daniel Mahendra.
Desember 22, 2008 pukul 12:20 am
lah… laut mati asin bukan karena masalah memberi-menerima… tapi secara geologi blablabla… hehehe… *maaf, suka gak terima kalo kisah2 inspiratif dibuat dengan cara membohongi suatu fakta yang udah valid secara ilmiah*
@ ichanx
Suer secara geologi saya gak paham. Saya mau ambil nilai memberi dan menerimanya aja. Dan kisah ini bukan karangan saya, lho. Selamat hari ibu.
ribuan kilo jalan yang tempuh…
Desember 22, 2008 pukul 1:44 am
weh langsung lima
hehehe padahal kl di pisah2 bisa jd banyak bwt lima kali posting hehehe
makasih kisahnya
Desember 22, 2008 pukul 4:04 am
Kunjungan balik. NIce post.
Keep posting mas… jangan semangat coca cola..
BLOG MOTIVASI ARIEF – Support Your Success
MASTER ADSENSE – 100% FREE Smart Solution for Adsense Business
PELUANG BISNIS – Pilih, Registrasi, dan Mulai Bisnis Anda Saat Ini Juga
Desember 22, 2008 pukul 4:43 am
dongeng inspiratif…
Desember 22, 2008 pukul 6:13 am
Terima kasih, mas Alris. Mudahan saya bisa mengingatnya dan menggunakannya dalam hidup saya supaya menjadi lebih baik. Salam hangat. 😀
Desember 22, 2008 pukul 12:45 pm
Itu namanya tidak bersyukur…lha wong tikus kok kepingin jadi kucing…nah ternyata benar….Allah telah memberikan kepada kita masing masing sebuah karunia yang luar biasa, jadi harus disyukuri…
Desember 22, 2008 pukul 1:04 pm
numpang baca2 ya mas 🙂
Desember 23, 2008 pukul 12:42 pm
Saya berusaha belajar dari kisah teladan atau kisah2 yg memberi motivasi seperti ini
Desember 23, 2008 pukul 12:43 pm
Saya juga iya…
Desember 24, 2008 pukul 3:04 am
kumpulan kisah yang padat makna. jazakumullah khair 😉
Desember 29, 2008 pukul 4:50 pm
Smart post! I like……!
April 26, 2009 pukul 11:49 am
mas…. ceritanya benar-benar luar biasa… minta ijin kopas di blog dan nnotes face book saya yah….???
tapi sebelum diijinin, belum di kopas dulu kok…
thanks
@ maniez_106
Silahkan.