“Warga asing segera bisa miliki properti. PP kepemilikan rampung tahun ini.” Demikian judul berita yang saya baca di harian Tribun terbitan 11 Januari 2010. Masih menurut koran itu saat ini pemerintah sedang menyiapkan peraturan pemerintah terkait kepemilikan properti komersial oleh warga negara asing. Jika PP ini bisa diwujudkan akan membuka banyak lapangan kerja. Tidak hanya di industri properti itu sendiri, tetapi juga di industri bahan bangunan dan industri pendukungnya. Bahkan menurut para praktisi properti kalau PP kepemilikan properti oleh orang asing ini jadi terlaksana, maka akan memberikan multiplier effect bagi perekonomian nasional. Benarkah begitu?
Sebenarnya ini sudah berjalan lama, bahwa pihak asing baik perorangan maupun berbentuk badan hukum memiliki properti secara private melalui pihak ketiga di bumi tercinta ini. Cuma kayaknya pemerintah, ya, begitu deh, kura-kura dalam perahu. Jadi secara de facto propert itu dimiliki pihak asing, tapi secara de jure dimiliki oleh warga Negara Indonesia. Properti seperti ini biasanya banyak ditemui di daerah tujuan wisata yang ramai dikunjungi secara reguler. Misalnya ramai dikunjungi ketika musim dingin atau musim panas. Di pulau Dewata banyak dijumpai vila, rumah mewah, atau tempat usaha yang sudah dimiliki warga negara asing, tapi surat-menyurat atau urusan legalnya atas nama warga negara Indonesia. Kalau ente sempat dolan-dolan ke Batam dan sekitarnya, coba tanyain ke penjaga rumah-rumah mewah atau vila yang banyak bertebaran disana, siapa pemilik properti itu. Banyak sekali yang sudah dimiliki oleh warga negara Singapura. Di kota-kota besar seperti Jakarta, misalnya, mungkin juga tidak sedikit properti yang dimiliki oleh warga negara asing. Kecolongankah pihak pemerintah? Ya, nggaklah. Kaki tangan alias pegawai pemerintah kan banyak yang mengawasi dan memantau perpindahan kepemilikan properti, bahkan sampai tingkat kelurahan. Setiap ada perpindahan kepemilikan properti harusnya ada hak negara yang harus dibayar dalam bentuk pajak dan retribusi. Lha, wong balik nama motor butut aja ada pajaknya, kok. Masa properti yang mahal begitu gak kena pajak?
Dan bukankah setiap tahun tanah dan bangunan harus bayar pajak ke negara. Dari data yang disampaikan harusnya sudah tahu properti itu dimiliki wni atau oleh asing. Bukankah tidak logis vila yang berharga miliaran rupiah dalam dokumen legal ditemukan atas nama wni yang setelah ditelusuri ternyata sang pemilik hanyalah seorang penunggu vila yang punya pekerjaan sebagai petani penggarap. Kalau aparat terkait jeli, punya perhatian dan merasa punya kewajiban untuk berbuat terbaik untuk profesinya, apalagi ingin berbuat sesuatu buat negeri ini, maka dengan sangat mudah melacak kepemilikan properti itu. Atau kasusnya begini. Ujug-ujug ALRIS memiliki rumah mewah di Pantai Indah Kapuk. Harga rumah beserta tanahnya sekitar 10 miliar rupiah. Sewaktu tiba saatnya untuk membayar pajak bumi dan bangunan sepantasnya aparat pajak perhatikan, bahkan bisa curiga. Ini OKB dari mana, apa dia seorang pengusaha sukses; komisaris berbagai perusahaan; birokrat eselon satu di departemen; jenderal di tentara atau kepolisian; profesional terkenal yang memimpin perusahaan raksasa; orang kebagian warisan triliunan rupiah atau menang lotere yang diadakan di kulon? Dari kesemua itu ternyata ALRIS tidak bisa dimasukkan kedalam salah satu kategori yang disebutkan. Diselidiki, faktanya, ALRIS hanyalah seorang pekerja gado-gado, artinya bekerja apa saja, dan seorang blogger narsis. Ya, begitu deh, ngeblog hanya untuk menunjukkan egonya : orang lain bisa bikin buku bagus, gue juga bisa bikin posting. Intinya sama-sama menulis, begitulah nalarnya yang jongkok. Lalu aparat negara melakukan penyelidikan lagi, diketahuilah bahwa ALRIS juga tidak melakukan money laundering maupun dapat komisi dari insider trading atau dapat dana talangan bank century. Ternyata setelah diadakan penyelidikan lebih mendalam terbongkar juga kalau properti mewah itu sebenarnya milik seorang bule turunan Qatar yang tinggal di Swedia. Si bule arab ini menjadikan ALRIS sebagai kuda troya untuk menguasai dan memiliki properti mewah itu secara de facto. Sementara urusan legal dan perpajakan dipakailah ALRIS sebagai kuda tunggangan yang memang dibayar untuk itu.
Nah, sidang pembaca yang budiman dan budiwati, dari dua kasus sederhana diatas gampang sekali ternyata menelusuri kepemilikan properti. Tapi memang tidak semua kasus sesederhana dan semudah itu untuk ditelusuri. Kadang sang pemilik warga negara asing sengaja membikin ribet soal urusan legal dan surat-menyurat kepemilikan supaya sulit ditelusuri. Dan kaki tangan pemerintah biasanya juga gak mau pusing soal kepemilikan, selama rajin bayar pajak dan retribusi resmi maupun retribusi siluman. Ya, gak, coy!
Kembali ke soal kepemilikan properti oleh asing ini, menurut bapak menteri yang mengurusi perumahan, akan ada tambahan pendapatan tiga miliar dolar AS atau setara 30 triliun rupiah per tahun (kurs 1 dolar sebesar 10,000 rupiah). Potensinya bahkan sampai enam miliar dolar AS per tahun. Tentunya kran kepemilikan ini kalau dibuka akan ada kekhawatiran, bahwa pihak asing akan mendominasi kepemilikan properti di kota-kota besar dan kota satelitnya yang banyak terdapat industri. Juga di daerah tujuan wisata yang banyak dikunjungi turis asing ditenggarai berpotensi, terutama properti premium, untuk dikuasai pihak asing.
Kalau aturan kepemilikan ini dibuat tanpa syarat ketat dan tanpa rule yang clear alias multi tafsir, jelas kecemasan banyak kalangan ini akan jadi kenyataan dikemudian hari setelah PP itu berlaku. Untuk menghindari hal itu, kita berharap seandainya PP kepemilikan asing atas properti itu jadi dibuat, pemerintah membuat batasan kepemilikan. Misalnya yang boleh dimiliki warga negara asing hanyalah properti minimal senilai 250,000 dolar AS, juga jumlah unit-nya dibatasi atas nama kepemilikan satu orang. Pembatasan nilai properti yang boleh dimiliki diperlukan supaya ada saringan yang bermanfaat, bahwa yang membeli properti itu bener-bener yang punya duit dan properti yang dijual memang punya “nilai.” Ya, yang mahal, dong, kalo mau jual ke orang asing. Aturan pembatas jumlah unit juga diperlukan supaya tidak terjadi penumpukan asset disatu tangan dan menghindari monopoli.
Jika potensi yang sangat besar ini kita gali dan dimanfaatkan tentu multiplier effect yang terjadi sangat signifikan bagi perekonomian nasional. Andaikan PP itu keluar dan di tahun pertama ada tambahan pendapatan negara tiga miliar dolar AS. Dari transaksi kepemilikan properti oleh asing ini kita ambil nilai multiplier effect 80% dari nilai transaksi, maka terjadi kegiatan ekonomi sebagai nilai tambah sebesar 2.4 miliar dolar AS. *wow…coba lima persen dari uang itu masuk rekening ALRIS, dipastikan anak-anak jalanan yang diasuh babeh baikuni akan berpindah tangan pengasuhannya ke panti asuhan yang dimiliki oleh ALRIS. Tidak akan terjadi sodomi dan kasus mutilasi, yang banyak mungkin soto mie, :)*
Ngomong-ngomong, nih, masalah properti di kawasan Asean harga properti di Negara tercinta ini termasuk yang murah. Kita bandingkan. Kata Jopy Rusli, salah satu petinggi PT. Lippo Karawaci Tbk, harga properti di Malaysia 1,424 dolar AS per meter persegi, di Singapura 11,324 dollar AS per meter persegi. Sementara di Indonesia hanya 1,287 dolar AS per meter persegi, alias hanya 11.37% dari harga properti di negeri ber-icon singa itu untuk satuan yang sama. Kok, mahal harga properti di Singapura? Ya, jelas mahal tho, mas. Lha, wong untuk nguruk laut bikin daratan dia datangin pasir laut dari Bangka/Belitong, kayunya ditebang dari Sumatera atau Kalimantan, semennya import dari Padang. Ya, make semen Padang, bro. Tenaga kerjanya untuk membangun pakai TKI, jadi wajar mahal, tho. *analisa asal mikir cara Alris* Di Singapura orang asing hanya boleh membeli apartemen, sedangkan pembelian rumah tinggal dilarang. Dan ini lucunya, *sebenarnya gak lucu, tapi menyedihkan* pembeli properti komersial di Singapura adalah orang kaya dari Indonesia dan China. Begitulah anomalinya. Sementara pemerintah negara masing-masing berupaya sekuat tenaga menarik modal dari luar, warga negaranya pamer kekayaan di luar. Orang macam begini sungguh t e r l a l u kata bang Rhoma Irama. Kurang rasa nasionalisme. Bakureh di negeri dhewe, menghamburkan duit dan foya-foya di negeri orang. “Duit tidak mengenal nasionalisme, coy,” kata nurani saya. “Dimana tempat dia bisa berkembang dan menguntungkan duit akan nemplok disana,” nurani saya masih ngoceh. Dengan terpaksa saya mengiyakan kata nurani saya.
keterangan: foto diatas adalah stadion terapung yang ada di negeri tetangga, tepatnya di Singapura. Bayangin kalo stadion itu ada di teluk Jakarta, habis pertandingan sepakbola kira-kira berapa korban yang mati kecebur ke laut setelah tawuran antar suporter.
Februari 1, 2010 pukul 3:38 am
Wah…puyeng dah kalau ngomongin soal properti, abis aye cuman punya tanah se pengki…kagak ade harganye ! tapi kalau ngomongin stadion terapung…aye setuju dah…kalau yang nonton pade tawuran tinggal cemplungin aje ke laut…biar mereka pade tawuran ame ikan buntel…he…he
Februari 1, 2010 pukul 7:20 am
gak ngerti
Februari 1, 2010 pukul 8:39 am
banyak cara untuk mengakali peraturan ya. Saya pikir hampir semua sektor bisa diakali.
Februari 1, 2010 pukul 9:06 am
Salam Alris. Apa khabar? Tahun ini tidak berhajat ke Malaysia ke? Datanglah, nanti saya bawa libur di Kuala Lumpur. Tempah tiket airasia murah sedikit…
Februari 1, 2010 pukul 11:50 am
terkesan dengan gambarnya… sangat khas luar negeri, masih mimpi bagi negeri kita… salam sukses…
sedj
Februari 1, 2010 pukul 1:26 pm
itu lapangan bolanya, kalo ada di negara kita, bagus tuh, kalo bambang CS kepanasan bis maen bola bisa langsung nyebur
Februari 1, 2010 pukul 2:06 pm
saia gak terlalu ngerti msh properti, mas…
saia pelajari dulu peraturannya ya…. 🙂
anw, slm kenal dan makasih udah mampir di blogkuw ya…. 🙂
Februari 1, 2010 pukul 3:01 pm
banyak kok bule2 yang memiliki property di negeri ini, tapi mereka ngakalin dengan cara mengawini atau meng-kumpul kebo-i wanita indonesia dan membeli properti atas nama para wanita indonesia tsb.
Februari 1, 2010 pukul 3:32 pm
cape baca, sampai2 ga bisa ngomong apa2 di koLom komen 😦
Februari 1, 2010 pukul 5:35 pm
O,ya,Mas sebegitu parahkah rasa nasionalis org2 kita?
Soal properti saja org asing dpt dgn mudahnya melalui sistim kuda troya,jangan2 hal2 lain yg lebih besar dari aset negeri ini mudah didapat dgn cara yg sama,ya.
Salam kenal,Mas. Terimakasih,sudah mampir di blog sederhanaku.
Februari 1, 2010 pukul 6:16 pm
Keren tuh…. pake ada stadion terapung,
…Duit tidak mengenal nasionalisme, coy… hehehe setujuu 🙂
Februari 1, 2010 pukul 7:14 pm
Selamat malam Alris, Jika PP diatas diberlakukan ada untung dan ruginya. Untungnya, tentu akan menambah kenaikkan perekenomian setempat, ruginya jika dilihat dari segi politik kita kembali ke zaman feodal lagi, semuanya diakuasai oleh penjajah/sipemilik properti yang nota bene buntut-buntutnya kita bisa diatur oleh ybs. Terima kasih sharingnya, Sukses untuk Alris.
Regards, agnes sekar
Februari 1, 2010 pukul 8:18 pm
Selalu Ada Plus Minus nya
Februari 1, 2010 pukul 9:50 pm
walau nilai property di Indonesia lebih murah dibandingkan dengan tetangga…tetep aja ada gengsi buat mereka yang berduit untuk punya rumah mahal yaaa di luar negeri
Februari 1, 2010 pukul 10:29 pm
Indonesia banyak utang kali ya? luar negeri banyak duitnya. jadi biar impas, ya mereka aja yang ngurusin. iya gak sih?
btw, ngeliat 2 postingan terakhir kok ngomongin pajak dan retribusi ya? kayaknya kerja di kantor PBB deh. *sok tau*
@ diazhandsome
Ya, anda betul, tebakan anda 100% salah… xixixix…
Februari 1, 2010 pukul 11:05 pm
Betul-betul tragis ya, Mas. Belanda pada mulanya menjajah kita, kayanya caranya juga hampir mirip seperti ini. Membeli tanah pribumi dengan pelan2. Lalu, kemudian menguasainya secara keseluruhan… 😦
Februari 1, 2010 pukul 11:43 pm
siapa dulu Presidennya…
hehehehe… 😀
Februari 2, 2010 pukul 4:37 am
Orang asing pandai memanfaatkan kesempatan, sedang orang pribumi bermalasan dengan kesempatan yang ada bahkan mengacuhkannya….
Februari 2, 2010 pukul 8:14 am
properti senilai $250.000 apaya kira kira ?? 😀
Februari 2, 2010 pukul 9:01 am
Kalo stadion itu ada di teluk Jakarta, habis pertandingan sepakbola – korban tawuran ya … suporter sendiri. Itu lebih bagus, ketimbang merugikan orang lain … 🙂
Februari 2, 2010 pukul 9:03 am
pas pertama baca judlnya agak bingung maksudna teh kumaha atuh, tetapi setelah membaca dari atas mpe bawah paham juga heheh
berkunjung n ditunggu kunjungana lagi
Februari 2, 2010 pukul 9:49 am
hemm… gitu yah. … salam…
Februari 2, 2010 pukul 11:57 am
hmmmm…. kapan yah bisa punya rumah mewah di pantai Indah Kapuk. saya juga mau…
Februari 2, 2010 pukul 1:44 pm
zemangat siang sahabat ^_^
hehe, pusing juga klo mikirin yang beginian 😀
Februari 2, 2010 pukul 8:17 pm
hahahahahha… jadi mending foya-foya nya dimana 😀
Februari 2, 2010 pukul 9:51 pm
wah lama2 pulang kalimantan nanti diambil juga nih sama orang ,, parahh
dan tentang stadion nya :D, bener mas, gak usah dibuat di indo deh, bahaya hahaha
Februari 3, 2010 pukul 1:36 am
Peraturan dibuat untung menyenangkan orang2 atas sana…. :Dv
Salam kenal mas 🙂
Februari 3, 2010 pukul 5:47 am
berrti Bangka/Belitong nanti tenggelam dong, kan pasirnya dijual terus ke negeri jiran..?
Februari 3, 2010 pukul 6:49 am
pagi morning……….
semangat dimana aza..heheh
salam hangat dari blue
Februari 3, 2010 pukul 8:28 am
xixixiiiii… kunjungan balasan, mas….
saya suka gambar stadion terapung nya. Coba gedean dikit, pasti bagus deh….
Saya ndak ngerti soal properti, but tulisan ini bagus….
Februari 3, 2010 pukul 10:43 am
salam interisti jg heheh…
Februari 3, 2010 pukul 11:14 am
sepertinya lama2 org akan mendewakan duit bROoo
ato malah sudah terjadi yaak 😛
Februari 3, 2010 pukul 12:01 pm
luar biasa sekali pemerintah sampai2 org asing bisa memiliki properti di negeri indonesia
Februari 3, 2010 pukul 5:40 pm
Postingan yang panjang mas, mbukaknya pake hp, tp mantaps dan jozz
Februari 3, 2010 pukul 8:31 pm
ya ampun, pemerhati pajak ato gimana mas? aku kurang gahul ni urusan beginian, hehe
Februari 4, 2010 pukul 9:41 am
hmmm…bisa-bisa lama2 habis aset bangsa kita, udah BUMN banyak yang diobral, privatisasi aset publik semakin gencar, pulau2pun banyak penyewa asing…
kita harus terus berusaha mengopinikan untuk mengkritisi kebijakan yang bermasalah, buktikan kalo kita peduli, salut !!! tulisan yang bagus !!!
salam dari oyen
Februari 4, 2010 pukul 11:29 am
wehhhh stadion terapung? keren …..
Februari 4, 2010 pukul 11:30 am
panjang artikelnya kek baca koran xixixi….but info yg bagus sob
Februari 4, 2010 pukul 3:23 pm
Peraturan dibikin untuk dilanggar, iya khan?
Februari 5, 2010 pukul 1:38 pm
begituah nasib bangsa indonesia kini 😦
Februari 5, 2010 pukul 7:12 pm
karena harga properti yang hanya 11% itulah makanya banyak orang dari negeri singa itu berburu properti di negara kita. apalagi di sini kan serba gampang bagi yang punya duit, semua peraturan dan ketentuan bisa dibeli. ya gak, da?
dan yang jelas, tak hanya orang singapura atau negara-negara di asia tenggara saja, banyak ekspatriat dari negara barat yang juga memiliki properti, termasuk yang bisa dikomersilkan, di indonesia. positifnya adalah bisa merekrut tenaga kerja. negatifnya adalah kalau bukan sekadar propert yang dimiliki, tapi pulau. tentunya akan mengancam stabilitas keamanan di negara kita.
jadi, kapan kita borong properti di bali, da?
@ marshmallow
jadi, kapan kita borong properti di bali, da? <<< nunggu kucuran talangan dana dari marshmallow 🙂
Februari 5, 2010 pukul 11:56 pm
inilah salah satu keburukan bangsa kita. Tidak pernah merasa bersyukur dengan apa yang diberikan. Padahal, jika dikembangkan sendiri, potensi dari Properti2 tersebut bisa untuk mengurangi kemiskinan.
Februari 6, 2010 pukul 8:32 am
wah ….sangat berharap indonesia bisa maju dalam hal properti, tp jangan sampai properti di kuasai orang asing yang punya tunggangan orang indonesia,,whahaha….
salam.
Februari 6, 2010 pukul 10:59 am
saya mah seotojoe ama pemaparan diatas…sekaran juga lagi memburu property nih..yg murah2 aje..
Februari 6, 2010 pukul 9:30 pm
wuiizzzzz. afgan bah,,,
Februari 7, 2010 pukul 3:42 am
tulisanna kok jreng biru tebel gini ya (doh)
Februari 7, 2010 pukul 5:01 pm
hmm mau nambahin, di Bali pengusaha besarnya adalah orang asing, orang pribumi jadi tukang ukir, yang untung banyak lagi-lagi orang asing, yang mendistribusikan dan punya ide untuk pengembangan usaha.
Aku rasa ini juga penjajahan, karena rakyatnya kurang pendidikan, pikiran jadi ga kembang, modal juga pas-pas an.
Februari 7, 2010 pukul 6:06 pm
Ketika nanti saya kesusahan membuat rumah karena properti di Indonesia sudah diuasai asing, saya akan beli di luarnegeri yang masih jauh lebih murah. Dengan saya beli di luarnegeri, sampeyan tidak boleh dengan mudah mengartikan saya tidak cinta Indonesia. Gitu aja kok repot…
Februari 8, 2010 pukul 9:17 am
setuju gan!
Februari 8, 2010 pukul 1:51 pm
Itulah pintarnya orang bule dan pemilik-pemilik properti di Indonesia ini
dan bodohnya rakyat dan pemerintahsehingga dengan mudah memiliki properti di Indonesia dengan aman sentosa tanpa gangguan suatu apapun.Februari 9, 2010 pukul 1:48 pm
wah wah emang yah…
namanya juga berjuang
Februari 9, 2010 pukul 5:13 pm
yup bener sekali..dimana orang suka…yah disitulah dia mau menghabur2kan duitnya..kalo emang mau duit orang indonesia di hamburkan di Indonesia..mari kita kembangkan indonesia 😀 (semoga bisa hehehhe)
Februari 9, 2010 pukul 6:01 pm
aduh.. saya spijles..
apa kabar sahabat?
Februari 9, 2010 pukul 6:11 pm
Yang penting enaaak 😛
Kunjungan balik 😀
Februari 9, 2010 pukul 7:38 pm
lain budaya lain juga bangunannya!
wekekekekek!
Februari 10, 2010 pukul 8:46 am
keren euy kalau Indonesia bisa seperti itu .. ga cuma jago berantem antar sporter
Februari 10, 2010 pukul 11:52 am
Waduh saya orang kampung, kalau ditawari suruh pegang duit dan menguasai lahan seperti ALRIS, bingung nolaknya. 😀
jangan2 sekarang yang tidak terkuak semakin banyak orang asing “berpusing-pusing” cari tanah di negeri kita.
Februari 10, 2010 pukul 1:02 pm
kunjugan balik…..
gwgw bukan bonek lho mas….gg suka berantem
Februari 10, 2010 pukul 1:51 pm
makasih dah mampir di blog gue!
salam knal.
Februari 10, 2010 pukul 3:02 pm
penjajahan cara baru jangan2 nih……. abis tar
Februari 10, 2010 pukul 4:25 pm
lha !!
aku baru tau ternyata eh ternyata orang Indo makin makin aja oon nya, ngapain itu pada belanja belanji di negri orang. keik kurang aja properti negri sendiri
ckckkckckc
bener bener bang haji oma imama
terlaluh !!!
Februari 10, 2010 pukul 4:26 pm
ohiya
visiting you back !!
kunjungan perdana
salam kenal juga 🙂
Februari 10, 2010 pukul 7:50 pm
Salam hangat apa hendak dijual ya negara kita
Februari 10, 2010 pukul 7:50 pm
Salam hangat apa hendak terjadi di negara kita ya tidak tahulah
Februari 10, 2010 pukul 7:52 pm
Memang enak gaji setahun di sana bisa dipake seumur hidup disini
Februari 10, 2010 pukul 7:53 pm
Selamat malam dan kaburr
Februari 10, 2010 pukul 11:19 pm
salam sobat
ya jelas dicurigai kalau ujug-ujug punya rumah mewah seharga 10M,
tapi kalau menyimpan harta di luar negeri ,,ngga ada yg curiga ya,,
Februari 10, 2010 pukul 11:36 pm
kunjungan balik
keren tuh lapangannya, harusnya memang ada di tanjung priuk, biar ga ada penontonnya, yg ntn biar dr tivi aja, jd ga da penonton yg rusuh
Februari 10, 2010 pukul 11:48 pm
makasih sudah mampir ke blog ku mas. blog ku adalah satu satunya properti yang saya miliki 😀
Februari 10, 2010 pukul 11:49 pm
*mbayangin lapangan bola itu ada di Jakarta*
pasti banyak korban tercebur setelah pertandingan
penonton pasti masing masing wajib membawa life vest hahahah
Februari 11, 2010 pukul 12:24 am
setuju untuk dibatasi itu bro. pertama, nggak relevan kalau tujuannya untuk menambah pendapatan. apa nggak bisa cari pendapatan bukan dari situ? kedua, mau dibikin mahal pun, belum tentu mahal di mata orang luar. kesenjangan kita sudah cukup jauh. banyak disini yang banting tulang, jangankan utk ke LN, untuk makan aja pas2an. sebaliknya, merka mungkin kerja sambilan 1 bulan sudah bisa wisata ke sana kemari di negeri tercinta ini.
Februari 11, 2010 pukul 1:05 am
bola juga bakan banyak yg ilang sob.. kecebur semua…
Februari 11, 2010 pukul 1:06 am
haduh haduh…
Februari 11, 2010 pukul 2:27 am
Semoga pemerintah bisa membaca postinganmu Ris… supaya bisa menggali lebih dalam apa yang sebenarnya diperlukan rakyat… yah tentunya dibarengi hati nurani yang baik. hehehe…
Februari 11, 2010 pukul 6:51 am
Keren tu posting nya salam kenal
Februari 11, 2010 pukul 7:15 am
begitulah perbedaan kita dgn negara lain 🙂
Februari 11, 2010 pukul 7:19 am
hujan emas dinegeri orang hujan tembaga di negeri sendiri 🙂
Februari 11, 2010 pukul 8:25 am
makin tak kumengerti tentang negeri ini, yang kian entah
Februari 11, 2010 pukul 9:12 am
hahahaha. “Dimana tempat dia bisa berkembang dan menguntungkan duit akan nemplok disana”. nasionalisme yang terbentuk secara instan ya? :p
Februari 11, 2010 pukul 9:43 am
jiakakkak…
kalau wasitna yg kecebur bisa² enggak jadi pertandingan.
untungnya belom ada stadion di negri tercinta ini….
Februari 11, 2010 pukul 11:47 am
assalamualaikum..
kunjungan balik nih.
waduuhh urusan ginian sy ga ngerti
btw info menarik
salam
@ neng rara
Waalaikumsalam ww. Makasih ya.
Februari 11, 2010 pukul 2:10 pm
postingan kelas berat nih… properti ajaib dijamin aman asal ngantongin 3 trik : rajin bayar pajak dan retribusi resmi maupun retribusi siluman.
kl hal ini terus-terusan dibiarkan semoga saja tektonik di haiti ga pindah ke negeri ini…
Februari 11, 2010 pukul 4:20 pm
mampir lagi pak
Februari 11, 2010 pukul 4:35 pm
emang rumit ya, dilematis… ^^
Februari 12, 2010 pukul 12:50 am
Hallo . . .
Absen berkunjung di tengah malam, ni!
Februari 12, 2010 pukul 5:07 am
Bferi juga yah kalo orang asing bisa memiliki 😛
Februari 12, 2010 pukul 5:08 am
Ngeri maksudnya,,semisal orang asing disa memiliki proferty di negara kita 😀
Februari 12, 2010 pukul 5:10 am
Waw….Property bisnis yang menggiurkan..
BTW modalnya Boz 🙂
Februari 12, 2010 pukul 8:14 am
Mampir lagi setelah sekian lama tak ke sini.
Wah..trik-trik orang-orang tertentu untuk memperkaya diri. mana sempat lagi memikirkan nasionalisme.
Ah.. tak tahulah lagi mesti bicara apa.
Februari 12, 2010 pukul 8:18 am
Pemerintah itu kayanya bukan “kura-kura dalam perahu”, tapi “Kura-kura dalam tempurung” 😆
Februari 12, 2010 pukul 8:21 am
Eh nyelonong aja ya! 😀
Salam kenal balik nih
Makasih atas kunjungannya ke vierdiens’blog!
Februari 12, 2010 pukul 4:29 pm
Dengan demikian, orang asing akan semakin berkuasa di bumi pertiwi. Pribumi semakin terpinggirkan, cuma mengais cipratan-cipratan saja. Pemerintah kok sepertinya ndak pernah beritikad baik untuk melindungi warga negaranya!
Februari 12, 2010 pukul 5:02 pm
ya juga ya. kebayang kalo ada di jakarta ehehe 🙂
Februari 13, 2010 pukul 12:11 pm
keren bangaet. sekarang ada stadion ngambang di air, kapan yah ada stadion ngambang diudara.
Februari 13, 2010 pukul 6:10 pm
Selamat sore sobat… Happy blogging.. Have a nice day..
Februari 14, 2010 pukul 12:41 pm
property bisnis…bisnis yang lagi in untuk saat ini
Februari 14, 2010 pukul 11:19 pm
Duit emang tak bertuan! Juga tak bersaudara!!! 🙂
Februari 16, 2010 pukul 2:55 am
peluang bisnis sekecil apapun tapi menghasilkan pendapatan yang besar akan dilakukan pelaku bisnis walau dengan megakalin peraturan yang ada.
seperti kata bang rhoma “sungguh gak mutu e’ terlalu”
Februari 16, 2010 pukul 11:24 am
lippo karawaci?? mm.. sepertinya saya belum berjodoh sama perusahaan itu. 😦
Februari 16, 2010 pukul 2:52 pm
mampir lagi……
Februari 16, 2010 pukul 4:27 pm
Waduh…mas klo mo ngomongin masalah itu ga ada habisnya, yg ada kta makin banyak tau lagi yg baru yg mana aja proprty kita yg dah dibeli/diambil/bisa dibilang balik nama gitu,wong benar tuh kata si bunda marshmallow aset sebagus itu hya 11%…
Februari 18, 2010 pukul 9:33 am
wah2 lumayan dah postingannya
Februari 18, 2010 pukul 7:52 pm
datang lagii
Februari 19, 2010 pukul 9:02 am
wow.. boros amit yah. hiks.. kasian mereka yg masih kelaparan.. btw, di blog-ku yg atunya ada kompetisi artikel nih.. ikutan yah…
Februari 20, 2010 pukul 11:20 pm
maaf sob…baru bisa berkunjung….soalnya ada problem nih
Februari 21, 2010 pukul 3:58 pm
hmm… jadi ingat kuliah kebijakan perumahan kemarin2 nih…
ngomongin perumahan hasilnya bisa panjang kali lebar kali tinggi… ya mas
Februari 21, 2010 pukul 4:29 pm
Kalau masalah ginian . .
saya tak tau lah mas . .
mendingan saya belajar yang laen za . .
kan dah mau ujian . .
wong saya masih sma . .
Februari 21, 2010 pukul 4:32 pm
I don’t know about this problem.
because i still senior high school ..
Februari 24, 2010 pukul 10:32 am
ekonomi ga ngerti mas… multiplier itu apa?? 😀
tapi klo stadion terapung itu benar2 ada di Jakarta, gimana yach ga kebayang ntar klo dah jadi, bakal tetep terapung ato segera tenggelam gara kelebihan beban penonton.
Februari 25, 2010 pukul 9:15 am
Analisis yang cukup menarik dan cocok untuk bahan masukkan neh…Siipppp
Februari 25, 2010 pukul 11:07 pm
sy tdk begitu paham masalah beginian.
yg sy ingat tentang kepemilikan oleh pihak asing sudah pernah terjadi pada masa belasan tahun lalu dibidang yg lebih besar cakupannya milik bumi Indonesia. Karena yg memiliki modal besar tentunya pihak asing. Tidak hanya modal, tapi pihak asing kala itu yg memang jauh lebih maju dalam ‘segala bidang’, memang mampu memajukan suatu daerah, mensejahterakannya. Selain itu cara pengelolaannya juga patut diacungkan jempol.
Perlahan tapi pasti, kepemilikan kembali ke pada bumi Pertiwi lagi. Tentunya dg segala konsekwensi plus minusnya.
Februari 27, 2010 pukul 6:43 pm
tapi kalo saya mbo ya jangan di kasih ijin kepemilikan, di beri ijin sewa aja seharusnya, entar semua properti jadi milik phak asing sedangkan kita akhirnya menyewa properti diatas tanah kita,(eh bener gak ya mas)
munkin dalam waktu dekat memiliki efek ekonomi yang bagus namun untuk janka panjaaaaangnya apakah sudah dikirkan ya mas?….
lapangannya kayaknya cocok buat para marinir itu.. heheh…
Maret 11, 2010 pukul 3:55 pm
mbyan9in superter yan9 kejebur abis tawuran:lol:
Maret 12, 2010 pukul 7:02 pm
was here bro…
Maret 13, 2010 pukul 7:32 am
sudah kehabisan lahan rupanya negara tetangga kita ya.. sampai main bola di lapangan terapung 😀
Maret 16, 2010 pukul 11:13 pm
kenapa ya…saya ga bosen baca artikel ini? mungkin karena sedih jadi pribumi yang ga punya bumi/rumah kali yeee….
Maret 17, 2010 pukul 7:00 pm
saya baru az mau nulis udah ada yang comment… terimakasih atas kunjungan anda… salam kenal.. ini blog saya yang lain.
http://eidariesky.blogdetik.com
Maret 19, 2010 pukul 10:11 am
mudah-mudahan negara kita aman, jangan sampai dikuasai oleh orang asing lagi…
Artikelnya bagus mas, salut buat mas Alris… 😀
Mei 1, 2010 pukul 2:56 pm
kalo ada stadion seperti itu di Jakarta, pasti bukan terapung lagi, tapi terendem karena banjir.
Juli 20, 2010 pukul 7:04 pm
@ furniture
he he saya setuju sama kamu menn
Agustus 16, 2010 pukul 5:18 pm
@ Desri, bukannya sedih ga punya rumah…. pasti deh ada sebab lain….
Agustus 27, 2010 pukul 1:12 pm
wah yang beginian iniharus dilenyapkan … masa dinegrisendirikaya gtu si he he eh pis
September 15, 2010 pukul 4:50 am
nasib-nasib….
November 30, 2010 pukul 7:12 pm
Your blog is perfect, and I like this article. I find the information I need. I think I can find more useful information here, thanks.
November 30, 2010 pukul 10:47 pm
I didn’t see a link anywhere but do you have advertising? I have several blogs in the same niche and I’d like to add my banner somwhere on your site. This site seems to have a lot of discussion and visitors.
Desember 4, 2010 pukul 4:50 am
I normally don’t post in Blogs but your weblog drew me to, astonishing work,lovely!
Desember 4, 2010 pukul 11:12 am
looking around for the best site to get one.
Desember 4, 2010 pukul 3:40 pm
I really like the style of the website. I had a peek at your source code, hope you don’t mind, to check what theme you are using. Is it it a no cost theme or do I have to purchase it?
Februari 25, 2011 pukul 12:53 pm
katanya negara hukum kog masih banyak yang semena2
Juni 7, 2011 pukul 4:49 pm
yah.. namanya manusia… adakalanya.. hehe
Juni 17, 2011 pukul 11:40 am
ya kita sebagai warga negara indonesia seharusnya lah,,,
Juli 17, 2011 pukul 7:47 am
many thanks my friends
Agustus 16, 2011 pukul 8:34 pm
gx ngerti
jual kacang telur
Agustus 22, 2011 pukul 7:01 pm
wah nek koyo ngene ki njut pie?
September 17, 2011 pukul 3:19 pm
au ah lap….
Mei 3, 2013 pukul 6:42 am
repot juga, ane aja ga punya masih numpang haha berharap