Bagi orang udik macam saya ini makan mentah buah Rimbang dan kacang panjang adalah hal biasa. Almarhum Bapak saya umur 70-an kalau membaca buku tak pakai kaca mata. Mata beliau masih bisa membaca buku dengan huruf normal, -mungkin ukuran huruf Times New Roman 12- itu mungkin salah satu manfaat kebiasaan Beliau makan sayuran mentah, terutama Rimbang dan kacang panjang. Sekarang disaat mayoritas teman-teman saya kalau membaca buku sudah membutuhkan kaca mata, saya masih dapat membaca tanpa kaca mata. Sesuatu banget ya, hehe… Alhamdulillah. Inilah manfaat daripada makan mentah beberapa sayur hijau, diantaranya Rimbang dan kacang panjang.
Saya pernah tinggal beberapa tahun di tanah Priangan. Hal ini semakin menambah kecintaan saya pada lalapan karena kebiasaan masyarakatnya yang suka lalapan. Mayoritas orang Sunda suka lalapan. Kebanyakan sayur yang jadi lalapan bagi masyarakat Sunda adalah mentimun, leunca, kemangi, selada, daun dewa, tespong, poh-pohan, antanan, daun reundeu, jengkol, petai, kacang panjang, terong, dan banyak lagi. Tak hapal semua saya tentang lalapan orang Sunda ini. Tapi secara umum itulah sayuran yang biasa dijadikan lalapan yang biasa disajikan di warsun. Kegemaran orang Sunda makan dengan lalapan mungkin akibat budaya dan kehidupan masyarakatnya yang berhubungan erat dengan alam. Akhirnya membuat orang Sunda punya pengetahuan tentang tumbuhan mana yang bisa dimakan dan mana yang tidak dapat dimakan.
Rimbang adalah salah satu lalapan yang saya suka. Sebutan untuk tanaman ini tidak ada dalam bahasa nasional. Yakinlah saya akan hal itu. Orang Ambon menyebutnya terung kecil, mungkin karena isi dalamnya seperti terung. Sejauh ini di Ambon Rimbang ini tidak dimakan, hanya digunakan oleh anak-anak sebagai peluru mainan bedil-bedilan. Orang Sunda menamakan takokak. Tapi ada juga jalma Sunda yang menyebutnya terung pipit. Istri kakak sepupu saya (ipar) yang berasal dari Cianjur pinggiran menyebut begitu. Wong Jowo menyebut buah ini pokak. Nama Rimbang sendiri ditemui di Sumatera Barat, Sumatera Utara dan Jambi. Saya pernah tanya teman, di Jambi memang juga dinamakan Rimbang. Di pedalaman kabupaten Ketapang Kalimantan Barat, yaitu daerah Marau, saya tanyakan ke orang Dayak penduduk tempatan apa nama buah itu? Mereka jawab terung kecil. Maka, menurut saya sah nama tanaman ini Rimbang, 🙂
Dia termasuk tumbuhan dari suku terung-terungan (Solanaceae) hidup dari dataran rendah sampai pada ketinggian 3000 mdpl. Saya yakin lagi akan dataran dimana dia ini hidup. Waktu saya kecil ada pohon Rimbang yang tumbuh subur di ladang bapak saya. Ketinggian ladang itu sekitar 2000 mdpl. Pagi tadi saya panen Rimbang, pohonnya cuma setengah meter dari permukaan laut jika air laut pasang (lihat foto dibawah). Tumbuhan ini kini tersebar luas di wilayah tropis. Di Indonesia, ia tumbuh liar di hutan semak dan hutan-hutan terbuka.
Leunca berbatang tegak dan banyak bercabang dengan tinggi 30-175 cm. Buahnya berupa buah buni, bulat-bulat dan berisi banyak biji dengan penampang sekitar 0,8-1 cm. Tanaman leunca sengaja ditanam orang di kebun-kebun. Dia termasuk tanaman semusim. Sedangkan Rimbang tumbuhan semak kecil tingginya dapat mencapai 5 m. Hampir semua bagian tumbuhan ini berduri, kecuali hanya buah yang ditutupi rambut. Rimbang berbuah sepanjang musim.
Buah Rimbang dipakai sebagai sayuran. Almarhumah ibu saya memasukkan rimbang yang sudah dibelah ke dalam gulai tauco. Gulai tauco ala kampung saya adalah sayur bersantan tanpa cabe merah giling, yang berisi kacang buncis, kentang rimbang, serta tambahan tauco, cabe hijau yang dibelah dan kerupuk kulit. Orang Minangkabau biasa memasukkan buah Rimbang ke dalam pakis yang digoreng dan gulai pakis. Orang Mandailing dan Batak memasak gulai daun singkong pakai Rimbang.
***
Seperti biasa akan ada bagi-bagi buku gratis, bisa novel atau buku lainnya. Silahkan berkomentar secara sopan. Akan ada 3 eksemplar buku gratis buat pengomentar terbaik versi saya.
Selamat kepada muhaiminazzet.wordpress.com dan ririekhayan.com yang sudah mendapatkan buku gratis dari saya untuk posting Saya Suka Andrea Hirata. Buku sudah diterima oleh ybs. Saya tunggu seminggu lagi terhitung sejak 26 Oktober 2015 kepada jodieisme.worpress.com untuk mengirimkan alamat kepada saya. Jika sudah lewat waktunya buku untuk anda akan saya berikan ke orang lain.
Oktober 26, 2015 pukul 8:00 pm
buah rimbang teh yg seperti apa ya? saya suka leuncaaaaa….kang….di kuala lumpur mah nggak ada
@ nanangrusmana
Ceuk urang Sunda namina Takokak, kang. Di KL coba cari orang Padang yang jualan sayur, tanya rimbang, Insya Allah ada. Saudara saya yang tinggal di Gombak sering beli rimbang.
Oktober 27, 2015 pukul 1:31 am
saya masih suka bingung nih ngebedain rimbang dan leunca. di toko asia ada juga yang jual tapi saya gak ngerti apakah itu rimbang atau leunca. mau juga nyobain kalo bisa membantu menjaga kesehatan mata.
btw penampakan ikan baladonya itu lho… #bikinngileryangdisini
@ kayka
Rimbang cirinya antara lain: buah lebih keras, kulit tak mulus, warna buah hijau bersih. Kalo ciri buah leunca kebalikannya. Sayuran hijau secara umum kaya vitamin A yang ngebantu kesehatan mata, kata ahlinya 🙂
Itu pepes ikan, hehe…
Oktober 27, 2015 pukul 6:57 am
Rimbang yg kaya gimana?? Terong ungu buleta2 itu bukan?.. Dasarnya ga suka sayuran.. Apalagi dimakan mentah2
@ eda
Rimbang, ya, seperti penampakan foto diatas. Klik foto makanan diatas untuk memperjelas gambar buah rimbang, sekalian memperjelas pepes ikan 🙂
Oktober 27, 2015 pukul 7:52 am
sekilas keliatannya sama… 🙂
foto makan siang sukses bikin ngiler #salahfocus
@ gustina
Mirip tapi tak sama.
Makan siang bermenu maknyuss, hehehe…
Oktober 27, 2015 pukul 9:53 am
Wah kalau untuk wilayah pulau Jawa, soal sayuran apa yang enak dan sehat dimakan mentah-mentah memang orang Sunda rajanya. Oya, jadi rimbang itu bisa hidup subur baik di pegunungan maupun di pantai begitu ya?
@ kutukamus
Orang Sunda sejati kayaknya kalo makan gak pake lalapan kurang sreg, 🙂
Ya, begitulah. Pengalaman saya membuktikan rimbang bisa hidup di dataran rendah maupun dataran tinggi.
Oktober 27, 2015 pukul 11:12 am
Waah ini rasanya buah-buah yang sering aku dan sepupu cemilin di rumah nenekku dulu haha. Padahal gak tahu dulu buahnya namanya apa. Ternyata manfaatnya banyak sekali.
Jadi inget puluhan tahun lalu saat masih suka menginap di rumah nenek.
@ omnduut
Di Palembang gak punya nama spesifik untuk buah ini?
Rajin makan buah rimbang banyak manfaat.
Oktober 27, 2015 pukul 11:37 am
Mas Alris, saya udah berminggu-minggu nungguin postingnya njenengan. Kenapa gitu? Karena saya selalu dikomenin, jadi gak enak hati sayahnya Mas kayak gak pernah maen ke blog ini. Hahahaha. Tapiii selain itu saya juga penasaran, bagi-bagi bukunya masih ada lagi gak dan gimana caranya. 😀
Btw soal isi postingannya sendiri bikin saya beneran ngiler membayangkan segernya sayuran mentah. Saya sendiri suka banget sama sayur dan kalo ada lalapan hampir pasti saya makan meskipun gak tahu nama sayurannya. Hihihi. Ternyata bermanfaat buat penglihatan juga ya Mas? Kapan itu emang pernah lihat siaran di TV kabel kalo makan un-processed food bakalan lebih baik. Jadi tambah mupeng ama sayuran mentah. Makasih postnya Mas! 🙂
@ dani
Wooolesss aja mas Dani, hehehe…
Saya dilanda malas sejak posting terakhir itu. Apalagi ditambah sinyal yang kadang suka menghilang, dia conected tapi no internet access. Tapi tiap hari rajin bw, 🙂 dan ninggalin komentar. Gak selalu ninggalin komentar juga, kadang cuma like aja setelah baca postingnya. Saya usahakan tiap posting bagi-bagi buku, niat sedekah. Ada rejeki disyukuri.
Ide posting ini juga karena merasa “berdosa” terhadap pohon rimbang (foto diatas) yang sudah sering saya panen buahnya. Setiap saya petik buah rimbang itu muncul ide bikin posting tentang rimbang. Tapi ide berbulan tinggal di kepala. Barulah sekarang ini dia muncul berbentuk tulisan. Rimbang juga lalapan kesukaan saya.
Iya, sayur berwarna hijau bagus buat mata, asal dimakan mentah. Kalo ini pengalaman Bapak saya, dan tentu juga saya sendiri. Kalo ada kesempatan bolehlah saya jadi juru masak dan berlalapan ria jika kita berkesempatan kopdar. Kita masak goreng belut ala saya. 🙂
Oktober 27, 2015 pukul 1:14 pm
beberapa kali lihat model buah tsb tapi gak tahu namanya. Trnyta namanya rimbang tho?
Kalau di Banyuwangi dulu, buah tsb digunakan utk melengkapi rujak mentahan, Eh rasanya rimbang itu asem kan ya?
Soale pas di Banyuwangi kala itu, ikut nyicipi rasanya asem banget (menurut saya). Atau…jangan bukan buah rimbang yg dimaksudkan ya?
Oia, terima kasiih banget bukunya ya. InsyaAllah pengen bikin sekilas reviewnya nanti di blog
@ Ririe Khayan
Rasa rimbang dilidah saya agak sepat begitu, tapi cendrung netral aja. Maaf saya belum bisa mendeskripsikan secara tepat. Saya bisa makan mentah rimbang tanpa nasi, saking doyannya, haha…
Ok, ditunggu review buku itu. Saya belum baca, lho.
Oktober 27, 2015 pukul 1:57 pm
wah! kalau buah rimbang ini, saya baru tahu kalau bisa dimakan! rasanya seperti apakah mas alris? pahit atau bagaimana? jadi tertarik pengen cobain nih 😀
@ Fahmi
Bagus buat kesehatan mata mas Fahmi. Rasanya agak mirip buah leunca, tapi gak ada manisnya.
Oktober 27, 2015 pukul 2:16 pm
Pak Alris, ini tulisannya sukses membuat saya ngiler karena deskripsinya yang jelas banget. Saya gampang lemah iman kalau masalah makanan haha. Apalagi pepes ikannya deuuhh asli ngiler saya. Jadi menginspirasi masak pepes weekend ini mumpung ada belimbing wuluh.
Terima kasih buat info Rimbang dan Leunca ini Pak. Saya suka makan Leunca, tapi belum pernah dengat Rimbang. Sejak kecil, saya dan adik-adik sudah dibiasakan oleh Ibu untuk makan sayuran mentah. Jadinya sampai sekarang kami tetap berlaku seperti itu. Ketemu suami yang ternyata juga suka makan sayuran mentah itu seperti berkah. Jadi ga repot karena satu selera. Apalagi di Belanda ini sayurannya segar-segar dan tidak kalah variasinya dengan Indonesia.
@ denaldd
Makan sayuran mentah bagus buat kesehatan. Itu pepes masakan istri teman saya, istrinya orang Surabaya. Jadi ini ikan Ambon dimasak pepes ala Suroboyo, 🙂
Belanda salah satu pengekspor sayur buat Eropah ya, keren. Saya liat di youtube di Belanda orang panen selada pakai mesin untuk sayur burger. Keren sekali.
Oktober 27, 2015 pukul 7:20 pm
Untuk si rimbang alias pokak saya akrab dengan tanamannya nih Uda, meski belum mencoba lalap. Sedangkan leunca alamak sadapnya dimasak bareng oncom.
Untuk lalapan, terancam dan karedok yang semuanya mentahan beneran menambah nafsu makan.
Salam
@ prih
Cobalah makan lalapan rimbang mentah makin nikmat makan, 🙂
Cocok, karedok dan sejenisnya bikin nambah nafsu makan.
Oktober 27, 2015 pukul 9:05 pm
rimbang… he he .. saya baru tahu
kalau leunca … kadang saya suka makan, meskipun ga banyak.
sekarang saya suka lalapan … awalnya dari memaksakan diri supaya hidup lebih sehat … lama2 jadi terbiasa dan ketagihan ..
@ bersapedahan
Saya kurang suka kalo leunca dimakan mentah, tapi jika dibuat sambal okelah.
Bagi yang sudah biasa makan pakai lalapan memang nambah nikmat.
Oktober 27, 2015 pukul 10:40 pm
Saya baru tau kalo rimbang dan leunca itu beda Mas, kirain leunca itu bahasa sundanya rimbang hehehe. Kayaknya satu sumatera emang nyebut ini rimbang Mas, karena di Bengkulu juga disebut rimbang, dan seinget saya pas masih tinggal di Pekanbaru dulu disebutnya rimbang juga. Sering lihat rimbang ini di tauco, kalo ikan ditauco pasti ada rimbangnya. Saya sendiri nggak gitu suka lalapan, karena dari kecil emang nggak dibiasain makan sayur, jadi nggak suka makan sayur mentah kecuali timun dan kol, hehe.
@ arinidm
Rimbang dengan leunca memang tak sama: beda dirasa, beda dipenampilan, beda penampilan pohon.
Kayaknya se Semutera mayoritas menyebut rimbang. Ada teman di Pekanbaru juga menyebut rimbang.
Gulai tauco lebih nikmat diberi rimbang, selera saya 🙂 Cobalah makan dengan lalapan mentah, selain bagus untuk kesehatan juga memberikan sensasi rasa yang beda.
Oktober 28, 2015 pukul 1:36 am
Di kebun nenek di kampung, dulu banyak sekali rimbang tumbuh liar. Seingat saya tak pernah dimanfaatkan. Cuma sesekali dimasukan ke gulai. Sampai sekarang kalau melihat lalapan rimbang saya tak mau memakannya. Ah mau insap. Kalau ketemu rimbang lagi pasti dihabisin 🙂
@ uni Evi
Memang ini tanaman liar, jarang yang sengaja menanam atau membudidayakan. Ayo uni membiasakan makan lalapan untuk kesehatan.
Oktober 28, 2015 pukul 7:32 am
Rimbang itu apa terong kecil bulet? Kalo di rumah sy suka disambel goreng
@ Vhoy Syazwana
Menurut saya terong ya terong. Tapi dibeberapa daerah menamakannya terong kecil.
Oktober 28, 2015 pukul 9:35 am
Dulu waktu kecil selalu nolak kalo orangtua nyodorin rimbang, agak pahit dilidah saya waktu itu. Tapi pas udah gedean dan mata saya minus jadi suka banget rimbang segar untuk lalapan. Disambel pake cabe ijo juga enak banget.
@ Eka Novita
Disambel pakai ikan teri juga enak, 🙂
Oktober 28, 2015 pukul 11:46 am
Aku ngak suka leunca, leunca ini kan makanan nya ular kalo kata temen2 gw
@ cumilebay
Makan rimbang aja kakak, hahaha…
Oktober 28, 2015 pukul 1:59 pm
wah, saya orang sunda yg suka bgt lalapan nih mas, tapi baru tau rimbang, dan ga begitu suka sama leunca hihihihi
@ Orin
Rata-rata orang Sunda memang suka lalapan ya, cakep buat kesehatan.
Kan banyak tuh leunca dibuat sambal dicampur oncom.
Oktober 29, 2015 pukul 8:20 am
Assalaamu’alaikum wr.wb, mas Alris…
Kalau di tempat saya (Sarikei), kami menyebut rimbang itu terung pipit. Ia banyak dijual di pasar tani dan dijadikan ulam. Tetapi saya tidak pernah makan terung pipit ini. Dikatakan ia kelat-kelat (pahit) sedikit.
Di sini juga ada jualan lalapan ayam, ikan dan sebagainya. Ternyata ia makanan yang enak dengan sayuran mentah. malah hidangan ayam penyet juga begitu ya.
Salam sejahtera dari Sarikei, Sarawak.
@ SITI FATIMAH AHMAD
Waalaikumsalam wr wb, kak Siti,
Orang Dayak di Kalimantan Barat juga menyebut terung pipit. Mereka makan sebagai sayur.
Iya, makanan makin enak pakai lalapan.
Oktober 29, 2015 pukul 10:47 am
Wah om, aku baru tau ada lalapan namanya rimbang itu, selama ini taunya leunca 😁. Bnyk jg yg saya baru dengar, seperti tespong, poh-pohan, antanan, daun reundeu. Aaahh, entah org Sunda macam apa saya. Lalap yg saya suka mentok2 di selada, mentimun dan serawung. Hihiii.. Penjelasannya sangat lengkap & bermafaat. Keren! 👍
@ Ester Aprillia
Saya baru dengar nama serawung, 🙂 Daun serawung apakah sama dengan daun kemangi?
Coba lalapan yang lain, ganti selera 🙂
Oktober 29, 2015 pukul 11:46 am
Saya suka buah pohon leunca itu. Ibu biasanya di masak pakai ikan asin pedas gitu. Hem… saya juga suka dibuat lalapan
@ Sandi Iswahyudi
Mantap masakan ikan asin pedas itu mas, 🙂
Oktober 29, 2015 pukul 12:30 pm
Saya juga suka lalapan sayuran mentah mas, tapi saya malah sudah pakai kaca mata huhuhu
Mungkin karena faktor kebiasaan, tiap hari kerjanya didepan komputer hehe
@ Shudai Ajlani
Mungkin juga mas, hehe…
Oktober 29, 2015 pukul 6:30 pm
Seumur-umur saya baru pertama kali dengar yang namanya rimbang. Mungkin sesekali saya harus mencoba makan rimbang di warung sunda terdekat.
@ shiq4
Kalo di warung Sunda namanya takokak.
Oktober 29, 2015 pukul 7:32 pm
Baru dengar soal rimbang ini. *kurang info saiyah* 😀 Nyarinya di mana di Jakarta?
Lalapan mentah? cuman doyan selada doang. Lainnya diblender ajah kalo mentah.
@ retma w
Nama tiap daerah beda, kalo di Sumatera hampir semua menyebut rimbang.
Di Jakarta cari di pasar tradisional, tanya takokak atau pokak atau cepokak. Di pasar Kebayoran Lama ada biasanya.
Oktober 30, 2015 pukul 8:58 am
Sekilas, rimbang dan leunca mirip ya. Saya sendiri baru tahu soal rimbang ini. Maka, saya belum pernah mencobanya. Kalau leunca saya baru kenal setelah tinggal di Jogja. Kalau kacang panjang, jangan ditanya, itu di antara tanaman bapak saya yang bekerja sebagai petani. Maka, sejak kecil saya sudah biasa makan kacang panjang mentah, baik untuk lauk atau hanya untuk dimakan saja 🙂
@ Akhmad Muhaimin Azzet
Coba makan mentah rimbang ini, pak ustadz.
Saya juga dari kecil udah biasa makan mentah kacang panjang.
Oktober 30, 2015 pukul 12:37 pm
dulu aku kira leunca sama kayak rimbang rupanya beda bgt.
@ winnymarch
Jauh beda kalo diperhatikan secara saksama, 🙂
Oktober 31, 2015 pukul 7:05 am
jadi ngiler n lapar nih….pengen makan lalapan
@ edi padmono
ayo atuh.. .:)
Oktober 31, 2015 pukul 12:31 pm
barang langka nih, dulu waktu kecil paling mudah ngedapatinnya, sekarang jangankan dapatkannya di belakang rumah, di pasar dah mulai nggak ada yang jual.
@ Orang Padang
Coba cari di pasar tradisional, masih ada.
November 1, 2015 pukul 5:43 am
Saya lehih suka rimbang drpd leuncak, karena rimbang menurut saya lebih gurih dibandingkan leuncak yg agak pahit.
Dari kecil saya terbiasa makan rimbang, sebelumnya direbus atau di taruh di atas nasi yg sdg dimasak.
Rimbang selalu ada di kebun nenek saya, jadi setiap saat bs ďipetik dan dimakan jika dibutuhkan 🙂
@ ded
Rata-rata urang awak suko rimbang da Ded. Biasonyo satiok kabun ado rimbangnya 🙂
November 1, 2015 pukul 9:00 am
Ya… kalau di Bali itu namanya Tuwung Tekokak – serupa lah ya Pak. Tapi bener juga..saya kok belum pernah makan Tekokak ini ya…biasanya cuma dipakai untuk mainan saja waktu kecil.. Ternyata enak juga ya Pak…
@ Ni Made Sri Andani
Coba makan mentah dijadikan lalapan, enak. 🙂
November 1, 2015 pukul 9:59 am
Itu buah rimbangnya nggak diapa-apain mas ._. langsung dimakan aja?
@ febridwicahya
Iya, kalo saya makan mentah saja, lebih maknyoos, 🙂
November 1, 2015 pukul 2:58 pm
Dulu sempat tanam leunca di tanah kosong samping rmh.tebarin aja bijinya tumbuh sendiri apa lagi pas musim huja…cepat juga gedenya…tanpa di pupuk….
@ agoesman
Rimbang rata-rata tumbuh liar.Coba tanam rimbang kang, 🙂
November 1, 2015 pukul 6:08 pm
Mirip takokak. Apa sama ya? Itu juga makanan kami dulu waktu masih tinggal di Biak, sayuran ada di halaman semua.
@ Zizy Damanik
Takokak bahasa Sunda.Bahasa Biak apa nama buah ini?
November 2, 2015 pukul 9:21 am
Wah mas, saya malah belum pernah makan lalapan pake rimbang n leunca ini? biasanya pake daun kemangi, kubis, timun hehehehe 😀
@ Tuxlin
Ayo dicoba mas, nanti ketagihan, 🙂
November 2, 2015 pukul 10:56 am
Leunca itu kalau ngga salah di tempat saya Solo/Wonogiri namanya pokak, biasanya dimasak bareng petai china 🙂
@ Blogger Indonesia
Iya mantap dimasak pakai petai cina itu.
November 2, 2015 pukul 4:40 pm
Oooh, itu namanya rimbang. Baru tahu… 😀
@ zilko
Betul 🙂
November 3, 2015 pukul 10:09 am
mirip banget dengan leunca yaa ngga bisa bedain hihihi
@ Dewi Rieka Dua
Kalo dilihat langsung secara fisik jelas sekali bedanya.
November 4, 2015 pukul 9:55 am
wah kalo lihat gambarnya saya punya cerita juga nih buat 2 tanaman ini. eh bukan cerita ya apa ya. ya pokonya ginilah.
Begini nih
saya hidup di dua kebudayaan yang berbeda jelas kan 2 wilayah yang beda.
di bandung di daerah saya namanya leuca tapi yang satu bukan rimbang namanya takokak.
pokonya lain daerah lain juga kayanya namanya.
nah sekarang tempat saya tinggal kalsel namanya bukan rimbang, bukan takokak tapi terong tatar sedangkan leunca tidak ada disini.
nah pas suatu saat saya pesen leuca buat bikin karedok kepada ibu – ibu di pasar luar biasa saya dibawakan terong tatar banyak sekali atau rimbang dalam web ini atau takokak dalam bahasa saya.
saya langsung kaget mas karena di rumah saya g pernah di makan rimbang ini hanya buat mainan saja.
kata saya mana bisa dimakan tanaman ini. dia bilang ini bisa dimakan. lencakan? kata ibunya
Buka ini bu leunca inimah takokak.
Akhirnya si ibunya bingung kaya apasih takokak.
Dan suatu ketika saya tunjukin leunca di bawa dari bandung.
ibunya bilang ooooooo…… ini toh leunca.
ga ada mas disini leunca. adanya y ini terong tatar yang suka dibikin lalapan.
hahahahaha.
Akhirnya saya g pernah lagi mesen leunca.
dan tambahan akhirnya saya juga makan masakan yang ada rimbangnya lumayan rasanya asalpedes enak. hehehe
@ mas rozak
Nama tiap daerah memang beda. Cuma di Sumatera hampir semua menyebutnya rimbang.
Digoreng pakai cabe memang enak, lebih enak lagi ditambahin ikan teri mas, uuenak tenan, hehehe…
November 5, 2015 pukul 6:39 am
Belum pernah makan lalapan rimbang kalau leunca sih pernah memang enak sih makan dengan lalapan jadi segar
@ dwisugiarto20
Cobain makan mas, kalo merasa enak pasti ketagihan, 🙂
November 5, 2015 pukul 9:36 pm
yup.. kalau udah dicampur taucho gak bakal ada yang tau bedanya, itu ibarat sepupu jauh, beda orang tua, tapi satu silsilah
@ puputs
Tapi dirasa pasti beda. Kalo menurut lidah saya leunca agak pahit.
November 6, 2015 pukul 1:20 pm
Wah udah lama gk makan leunca 😀
@ ecky
Coba makan rimbang, 🙂
November 7, 2015 pukul 1:56 am
Apa itu enak? Jadi mau mencoba
@ Muhammad Baiquni
Menurut selera saya enak, 🙂
November 7, 2015 pukul 8:40 am
@ mas arlis itu betul sekali mas wenak banget pedes itu. agak kasar kasar sih. enak leunca dibikin karedok
@ mas rozak
Kalo saya sekarang rimbang sering makan mentah, atau digoreng setengah matang.
November 7, 2015 pukul 7:45 pm
Nah, ini dia, leunca…
Saya suka juga makan leunca, tapi mentah sih gak kuat. Biasanya di tumis dicampur oncom hitam. Jadi deh masakan itu namanya ulukutek.
Tentang manfaat leunca, ini entah benar apa tidak, ini juga kata orang tua saya, bagus untuk pinggang. Jadi anti sakit pinggang gitu Mas. Terus kata orang tua saya itu, manfaat leunca bukan hanya untuk saya yang memakannya, tapi juga untuk istri saya…hehehe maaf Mas sekedar bercanda. Tapi begitulah kata bapak saya…
Salam dari saya di Sukabumi,
@ Titik Asa
Kalo saya rimbang enak makan mentah atau dibuat sambal goreng rimbang + teri. Mantap surantap, 🙂
Kalo mau yang mantap juga buat istri, kang makan ki urat, hehehe….
November 9, 2015 pukul 7:42 pm
Uni jadi ingat ibuk kalau liat rimbang, beliau juga suka lalap rimbang, dan bikin tauco seperti di atas. mau makan rimbang juga ah kayak Alris biar mata bisa sehat trs.
@ Meiy Piliang
Rata-rata urang awak suka makan mentah rimbang, uni Mey. Khasiatnya memang bagus.
November 12, 2015 pukul 8:53 pm
Saya rimbang malah belum nemu, kalo leunca mah sering–dimasak tumis ma oncom, pedes pedes nikmat gitu Mas. Kalo makanan yg mentah paling lalapan daun-daunan aja, ga bisa kalo leunca masih mentah.
@ belalang cerewet
Di Pasar Anyar ada di penjual sayuran yang jualan deket rel kereta api. Coba cari disana kang.
November 13, 2015 pukul 12:23 pm
Ya Allah, ya Tuhanku…
Dan saya dengan bodohnya baru tahu mana itu leunca dan rimbang. Pantesan, waktu itu masak pake leunca kok nggak enak, pahit 😦
Kirain itu sama. Hakdessss…
Merasa gagal jadi orang desa
@ anazkia
Leunca emang agak pahit, rimbang (takokak bahasa Sunda) gak pahit. Dilihat juga gak sama, kulit leunca mulus, kulit rimbang agak kasar.
November 14, 2015 pukul 8:29 am
Aku belom pernah makan, Bang. Mainin sih iya. Wkwkwk :p
@ Beby
Oh, suka mainin rimbang, hahaha…
November 16, 2015 pukul 10:34 am
Saya suka leunca. Meski pahit, tapi kres kresnya itu lho. Sensasional…. 😀
@ nuzulul
Memang enak, sesuai selera masing-masing.
November 17, 2015 pukul 3:59 am
leunca tuh paling asik buat lalapan apalagi dijadiin temennya oncom, makyusss banget deh
@ evrinasp
Bagi masyarakat Sunda memang banyak dibuat sambal oncom ya 🙂
November 17, 2015 pukul 6:32 am
di tempat kerja saya, masyarakat biasa jual dua sayuran itu. enaknya memang dibikin lalapan, plus nasi hangat dan sambe trasi. wuah juoz sedapnya
@ Yudhi Hendro
Apalaginya ditengah hutan, joss tenan 🙂
November 17, 2015 pukul 1:23 pm
Baru tahu itu penampakan pohon Leunca seperti itu. 😀
@ Febriyan Lukito
Pohon saja sudah beda ya dengan pohon rimbang.
November 17, 2015 pukul 3:33 pm
ooh itu namanya ya buah ini.. dulu masih kecil sering liat nenek makan sama ibu lalap ini. Tapi ga pernah nemu lagi, ampe lupa baru nostalgia kembali setelah melihat foto pak Alris. Makasih pak!
@ bang Unggul
Di sumatera pohon buah ini tumbuh liar. Enak buat lalapan, 🙂
November 19, 2015 pukul 3:49 pm
oh gitu beda banget yah. baru tau saya
@ momogrosir
Ya gitu deh.
November 23, 2015 pukul 1:29 pm
Aku orang jawa tengah justru baru tahu nama pokak. Dan aku belum pernah menemuai atau makan buah ini.
Aku yang masih mudah sudah pakai kacamata ,memang kurang suka sama sayuran. Ikan cuek dan teri itulah idolaku.
@ Djangkaru Bumi
Banyaklah makan sayuran hijau baik dan sehat buat mata.
November 24, 2015 pukul 10:33 pm
Waaah ternyata blog ini udah aktif lagi. Maaf banget lama gak berkunjung ke mari. OK saya follow deh 🙂
Saya kurang suka leunca karena agak pait. Tapi tetap dimakan juga sih, cuma harus dibarengi sambel yg banyak.
Ditunggu kunjungan perdananya di blog baru saya 😉
@ Brad
Blog ini udah lama hidup, om, cuma kadang-kadang update alias lama update-nya. 🙂
Kalo rimbang alias takokak gak pait.
Saya udah berkomentar di blog baru Brad.
November 25, 2015 pukul 5:17 am
Aku br tau ini rimbang dr blog nya mas hehe. Klo leunca, suka masak pake oncom. Nyamnyam deh.
@ bemzkyyeye
Rimbang gak sepahit leunca.
November 25, 2015 pukul 10:48 am
Assalaamu’alaikum wr.wb, mas Alris…
Sekarang ini di sarikei sudah musim buah durian, buah dabai dan rambutan. Apakah di sana juga demikian. Biasanya musim tengkujuh (hujan) di Sarawak adalah musim pesta buah.
Salam sejahtera dari Sarikei, Sarawak.
@ SITI FATIMAH AHMAD
Waalaikumsalam wr wb, kak Siti
Sedap betul kalau musim durian. Saya suka durian dimakan pakai ketan, enak sekali 🙂
Kat Ambon tempat saya duduk sekarang ni, musim durian mungkin bulan Februari atau Marc 2016.
Salam dari Ambon
November 26, 2015 pukul 11:11 am
Enak ini. Baik leunca maupun rimbang sama2 enak. Satu temannya gulai daun singkong, satunya lagi buat lalapan + sambel + nasi sruppp jadi lapar.
@ adelinatampubolon
Kalo saya suka rimbang makan mentah, atau digoreng + teri. Maknyuss….
November 29, 2015 pukul 8:03 am
Percaya ga percaya tapi hasiatnya nyata ya mas Alris, hehe
@ Ar Syamsu
Kalo saya percaya rimbang bagus untuk kesehatan mata, 🙂
Oktober 18, 2016 pukul 1:31 pm
kalau rimbang saya tau buahnya … tapi kalau leunca saya nggak tau buahnya gimana …..
@ Oyong Ilham
Di gugling aja banyak informasi tentang leunca. Orang Sunda paling doyan makan leunca dibikin sambal.
Desember 18, 2016 pukul 10:44 am
Di belakang rumah saya masih banyak tuh tanaman. Kalau orang Banjarnegara menyebutnya “Cengkongkak”. Dulu waktu jaman masih suka merumput baik untuk pakan kelinci ataupun disambi angon kambing, sering sekali menemui tanaman ini. Kalau minggu biasanya ikut ibu “bruwun” atau mencari sayuran di kebun dan biasanya memetik buah ini. Paling suka sih dibikin sambal karena tidak terlalu suka dengan sedikit rasa pahitnya kalau dimakan mentah-mentah. Sering juga dicampurkan ke dalam sayur daun singkong, pakai ikan asin hmmm mantappp. Kalau lenca malah kurang suka karena teksturnya terlalu kenyal dibanding Cengkongkak ini.
@ Hendi Setiyanto
Ya, rimbang enak disayur. Digoreng dicampur ikan teri, kentang potong dadu maknyuss.
Agustus 26, 2018 pukul 1:26 pm
Terima kasih informasinya. Sangat bermanfaat dan menambah pengetahuan. Saya pingin nyoba rimbang dan leunca jadinya. Penasaran apakah seperti pare..Direbus atau dikukus lebih dulu mungkin lebih enak ya.
Maret 1, 2020 pukul 12:53 pm
Saya menemukan buah dan pohon seperti leunca tapi ukuran buahnya lebih kecil.
Kata teman itu meranti tapi di google yg keluar jauh betbeda.
Apakah anda tahu nama, manfaatnya?
@ Ita
Kalau ada fotonya mungkin bisa saya searching. Coba tanya mbah google.
Oktober 2, 2020 pukul 4:21 pm
Kalau buah lenunca yg udah tua, (warna nya hitam) bisa di komsumsi kah kak..?
Desember 21, 2020 pukul 7:28 pm
Terima kasih banyak atas informasinya. Saya baru tahu perbedaan Rimbang dengan Leunca.
Sangat bermanfaat.
Desember 23, 2020 pukul 5:10 pm
Sy tanam leunca d halaman,,terlalu banyak jd sy bagikan k tetangga tiap panen 1 rantang,,d rmh orang tdk bgt menyukai,namaun sy sllu kenyang dn puas jg dimasak kuah sm mie atw dibuat sop campur ayam,,ternyata enak ada sensasi pait2 gth dikit,seneng konsumsi krn sgudang manfaat yg orang laen melihat sbelah mata,,
@ Suprapti rahayu
Berbagi gak pernah rugi. Teruslah berbagi. Suatu saat akan banyak manfaatnya.